Saturday, February 2, 2008

Rumahku Surga keduaku


Sejak awal Agustus 2007, aku tinggal di SRK OLD Hostel, sebuah asrama tepat di depan gerbang universitas kebanggaan masyarakat muslim India. Didalam gedung dengan tembok tebal mirip bangunan khas Rotterdam dahulu kala ini, terdapat sejumlah kantor Departemen, Departemen Humaniora dan Bahasa, Departemen Sosial, dan Departemen Sains. Ditempati oleh beberapa departemen, memaksa lantai pertama bangunan ini tidak pernah sepi dari hilir mudiknya mahasiswa. Bahkan setiap harinya, kecuali hari libur, aku tidak pernah melihat setiap sudut ruangan sepi dari orang. Banyaknya mahasiswa yang datang silih berganti, tak ayal membuat officer departemen kewalahan. Namun hal itu mudah saja ditangani. Mungkin dilihat dari faktor kebiasaan dan mental orang India bak mental kuda. Tak jarang bukan hanya mahasiswa saja yang membikin repot para officer, mereka berbalik membikin repot mahasiswa. Hal ini membuat banyak mahasiswa baru Indonesia kena batunya. Bagaimana caranya? Proses administrasi di India memang terkenal berbelit, banyak mahasiswa Indonesia, saat pertama kali datang ke India, sempat putus asa. Tapi semua hal itu dapat dan mudah ditanggulangi dengan dua kata sabar dan pantang menyerah.

Tempat Favoritku

Tepat di depan gedung akan langsung kita dapati tangga berbentuk zigzag. Lantai dua dipenuhi dengan kantor-kantor. Diantaranya kantor security universitas, kantor perwakilan mahasiswa-seperti BEM-nya Indonesia, dan departemen kajian Amerika Latin. Pintu kecil menghadap gerbang universitas, menyajikan tempat yang lapang untuk ber-sunburn ria saat musim dingin tiba. Melewati jalan kecil bak jembatan Ampera, kebanggaan masyarakat Palembang, kita akan mendapati tempat asyik untuk bergurau dan bersenda ria. Tempat favoritku melepaskan segala penat dan segala keluh kesah yang ada.

Rumahku Nan Sejuk dan Asri

Beranjak pada tangga selanjutnya, kita akan menuju ke lantai tiga. Pada tangga pertama aku mendapatkan kotak hub internet yang kurang rapi. Kabel internet seliweran kesana kemari. Yah, kita tinggalkan saja ini dan langsung menuju ke lantai tiga. Disitulah aku tinggal. Dibelah menjadi tiga wing, bangunan ini mengingatkanku pada burung kepodangku yang terbang entah kemana. Dua tahun kupelihara, rajin kuberi makan, tapi apa daya. Mungkin ia lebih cinta kebebasan dari pada harus disuguhi makanan namun berada didalam kerangkeng. Sama seperti lantai sebelumnya. Walaupun lantai tiga sudah dijadikan asrama, tapi pihak universitas masih menempatkan salah satu departemennya untuk mangkal di lantai tiga ini. Aku kurang nyaman dengan kondisi ini. Bukan karena departemen ini tempat lalu lalang mahasiswa. Tapi karena departemen ini adalah depatrtemen yang menurut saya syakral. Departemen Women Studies, menjadi medan magnet bagi kaum akhwat untuk datang berduyun-duyun ke tempat tersebut. Anyway, jalani saja. Di kamar 202 aku tinggal, terletak di wing sebelah kanan, berhadapan langsung dengan Departemen Women Studies. Lantai tiga wing sebelah kanan memang tempat yang di khususkan oleh warden (pengurus asrama), sebagai tempat untuk mahasiswa asing dan tidak bisa diganggu gugat. Setidaknya ini memudahkan bagi kita untuk berinteraksi sesama mahasiswa asing.

My Roommate

Teman sekamarku, Aziz namanya. Aziz Rahman Popal adalah anak Afgahanistan yang menyeberang ke negeri Ghandi untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Situasi dalam negeri yang simpang siur memberikan komitmen yang dalam untuk memperbaiki negerinya yang hancur. Komitmen yang kuat yang sementara mengantarkannya pada posisi juara debat antar departemen. Itulah kali pertama mahasiswa asing menerima juara bergengsi di kalangan akademisi jamia. Suatu kesyukuran. Sekamar dengan mahasiswa yang progresif, megantarkanku pada kebiasaan baiknya yang tidak aku miliki.
Saat ini, cuaca sudah mulai bersahabat. Berakhirnya musim dingin akan mengantarkanku dan semua mahasiswa Indonesia di India, pada hari-hari dengan udara sangat panas. Hingga di dalam kamar sekalipun, kipas nyaris tak henti berputar. Tak terbayang bagaimana mengisi liburan musim panas yang akan datang. Salam hangat dari New Delhi.