Saturday, November 29, 2008

Resensi Buku "Jesus Lived in India"



Versi Bahasa Inggris buku ini telah diterbitkan pada tahun 1986, yang di terjemahkan dari bahasa Jerman. Penulisnya adalah seorang guru dan traveler yang mendalami "Oriental Studies". Dia mengunjungi India pada awa tahun 1970-an untuk menemukan jejak kaki perjalanan Jesus atau Nabi Isa AS setelah masa penyaliban.

Masa penyaliban Jesus pun sampai saat ini masih menjadi bahan kajian, ditilik dari berbagai macam pendekatan penafsiran ayat Al-Quran "Wa lakin syubbiha lahu".

Anyhow, buku ini bagus di baca bagi anda yang suka menelusuri relung sejarah.

Selamat membaca.

Wednesday, November 12, 2008

Memperkuat Jalinan Kerjasama Lewat IIFS


Oleh : Zulkhan Indra Putra

12-Nov-2008, 07:20:02 WIB - [www.kabarindonesia.com]


KabarIndonesia, NEW DELHI - Menyusul kedatangan Group Kerjasama Bilateral (GKSB) DPR RI, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di New Delhi, Selasa (5/11), mengadakan jamuan makan malam di Wisma Duta KBRI lantai dua.

Acara yang dihadiri oleh segenap mahasiswa, masyarakat Indonesia dan sebagian anggota Parlemen India tersebut merupakan usaha untuk memperkuat jalinan kerjasama Indonesia-India yang terimplementasi melalui terbentuknya India-Indonesia Friendship Society (IIFS).

Indonesia dan India adalah dua negara dengan banyak kesamaan karakteristik, mulai dari latar belakang kebudayaan hingga kondisi politik dalam negeri. Namun dalam perjalanannya, hingga saat ini kedua belah pihak belum menempatkan diri pada posisi penting.

Ketua delegasi GKSB, Fahri Hamzah, yang berasal dari Fraksi Keadilan Sejahtera, memaparkan pentingnya posisi kedua negara dan perlunya mengambil langkah-langkah nyata dalam usaha kerjasama antar keduanya. "Hal ini penting, melihat kondisi India yang saat ini mulai diakui sebagai kekuatan baru di kawasan Asia," uajrnya.

Menurut Fahri, India dan Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar pertama dan ketiga di dunia---namun kemungkinan akan menjadi yang kedua seiring bertambahnya populasi penduduk---haruslah memperkuat kerjasama di berbagai lini.

Lebih lanjut, Fahri mempertanyakan masih besarnya kecenderungan Indonesia (sebagai importer, red) untuk membeli perangkat komputer dari Eropa dari pada harus membeli dari India yang saat ini menjadi salah satu pelopor utama dalam industri IT dan perangkat komputer.

“Jikalau ada perangkat komputer yang lebih murah dan lebih mudah dijangkau, mengapa harus membeli yang mahal dan membutuhkan jarak tempuh yang lama,” paparnya di hadapan para undangan.

Selanjutnya dia berharap agar kerjasama kedua negara bisa diperkuat, terutama dalam bidang perdagangan dan pariwisata. Sampai saat ini, belum banyak warga Indonesia yang berkunjung atau menetap di India. Kunjungan warga Indonesia ke India sampai saat ini tercatat hanya mencapai tidak lebih dari 700 orang per tahun. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 200 juta.

Pada kesempatan ini, Fahri juga meminta pemerintah India untuk mengeluarkan visa on arrival demi kemudahan warga Indonesia yang berniat datang maupun berada di India. Dalam hal ini, mantan Ketua KAMMI tersebut sekaligus menghimbau kepada mahasiswa Indonesia di India untuk lebih aktif berkontribusi di berbagai media massa India untuk memberikan informasi seputar Indonesia dan kerjasama antar kedua negara.

Sementara itu, Ketua IISF, Navrekha Sharma, yang juga mantan Duta Besar India untuk Indonesia, mengakui bahwa kerjasama yang telah terjalin antara kedua negara sejak masa Nehru pada tahun 1955 seakan semakin surut. Dia berharap, dengan dibentuknya IIFS bisa menjadi sebuah pendorong terhadap peningkatan kerjasama antara kedua belah pihak.

“Kerjasama yang terbangun antara Indonesia dan India sejak terbentuknya Gerakan Non Blok pada tahun 1955 sudah selayaknya dijadikan landasan untuk membangun agenda bersama yang lebih intens.” tambahnya.

* Berita ini dapat anda temukan di Kabar Indonesia Online